Burung Gereja

Archive for the ‘Renungan’ Category

Cinta Yang Kebablasan

Seorang istri berkata kepada suami yang baru saja memiliki selingkuhan baru, “Aku tidak mau diceraikan karena cintaku sangat dalam”. Sang suami berkata, “Aku mau cari istri baru karena kamu hanya memberi 50% cintamu untukku”.

Baca entri selengkapnya »

Written by Sutanto

Maret 18, 2008 at 7:53 am

Ditulis dalam Keluarga, Renungan

Nilai bekerja adalah pada tujuannya

leave a comment »

AKU TIDAK PUAS DENGAN PEKERJAANKU – sebuah benturan nilai dengan kondisi nyata. Mungkin karena situasi pekerjaan monoton, membosankan, mengesalkan, dan menekan. Dan semuanya karena kita berhubungan dengan manusia lain. Entah mereka sebagai pemberi pekerjaan, atasan, bawahan dan rekan kerja. Bekerja itu sebaiknya melihat tujuannya. Baca entri selengkapnya »

Written by Sutanto

Januari 28, 2008 at 10:53 pm

Ditulis dalam Renungan, Sosial

Hati dan kebebasan manusia menentukan hidup Anda

with 2 comments

Sudah pernah melihat dunia dari sudut pandang orang kecil? Kurang lebih sebagaimana Remy si tikus (Rattatouille) melihat dapur Chief Goustave. Semua terlihat berukuran luar biasa. Hal biasa akan menjadi luar biasa. Untuk membuka pintu ruangan pendingin perlu langkah panjang. Bagaimana bila konteksnya adalah hidup dan kesulitan kita. Baca entri selengkapnya »

Written by Sutanto

Agustus 31, 2007 at 10:40 pm

Ditulis dalam Renungan

Dengan semangat proklamasi kemerdekaan 1945 kita …

with one comment

Semboyan ini selalu muncul di setiap menjelang bulang Agustus. Kebetulan kemarin saya melalui Graya Raya Regency dan melihat spanduk. Spanduk ini mungkin untuk kampanye pemilihan bupati. Ada sebuah tulisan yang menggelitik saya. Dengan semangat proklamasi kemerdekaan 1945 kita …. Negara yang besar tidak mungkin melupakan sejarahnya bukan? Saya setuju itu. Pertanyaanya masih tepatkah semboyan itu untuk masa sekarang. Mungkin artikel ini sudah lewat masanya – mengingat tanggal 17 telah berlalu.

Baca entri selengkapnya »

Written by Sutanto

Agustus 27, 2007 at 4:06 pm

Ditulis dalam Pesan, Renungan

Infotainment hidup Anda

leave a comment »

Tayangan infotainment memang menggugah selera. Kehidupan artis dan segala kecukupan (istilah halus untuk kemewahan?> hidupnya. Anda bisa ternganga dan dalam hati berkata, “Aku juga ingin gaya hidup seperti mereka”. Bagaimana tidak? gaya profesional, mobil yang dikendarai, isi rumah yang dimiliki – duh itu semua bagus sekali. Baca entri selengkapnya »

Written by Sutanto

Agustus 18, 2007 at 11:23 am

Ditulis dalam Renungan

Tawaran investasi

leave a comment »

Siapa yang mau bicara tentang kematian? Sedih dan kehilangan lah yang membuat kita takut. Hidup menjadi bagian dari alam. Pagi hari matahari akan terbit dan malam hari bulan menggantikannya. Demikian juga hidup yang pasti berakhir dengan kematian.

Bila boleh, mungkin manusia ingin memilih paket kematian yang menyenangkan. Memilih seperti saat memesan paket A di McDonald. Hmmm, ide yang menarik juga. Mungkin kita bisa kolaborasi dengan Tuhan Allah kita (seperti kolaborasi partai politik dengan calon-calon pejabat kita) untuk membuat paket. Saya jamin laris manis bisnis ini.

Jadi saat kondisi kritis daftar paket muncul.

  • Paket A, Sakit jenis A, dirawat selama x minggu, bonus orang yang bela sungkawa yyy orang. Harga per paket zzz jumlah kebaikan.
  • Paket B, Dua jenis sakit A dan B, dirawat selama xx minggu, bonus orang yang bela sungkawa yy orang. Harga per paket zz jumlah kebaikan.
  • Paket C, komplikasi jenis sakit A, B dan C, dirawat selama xxx minggu, bonus orang yang bela sungkawa y orang. Harga per paket z jumlah kebaikan.

Apa bedanya setiap paket? Jenis penyakit yang diderita, lamanya menderita sakit tersebut. Dan itu dibayar sesuai dengan berapa banyak tindakan kebaikan yang dilakukan. Kira-kira ada yang mau jadi investor untuk bisnis ini?

Written by Sutanto

Agustus 16, 2007 at 11:46 pm

Ditulis dalam Renungan, Sosial

Manusia Rp. 1.000,-

with one comment

Seorang pekerja bekerja keras tanpa mengenal lelah. Setelah pekerjaannya selesai ternyata orang lain yang mendapatkan nama. Atau tentang kerja keras buruh bangunan untuk kemudian sang arsitek yang mendapatkan nama tenar. Hal ini jamak terjadi dalam kegiatan sehari-hari. Dan semua orang dan dari semua golongan pernah merasakan ini.

Manusia seribu rupiah saya menyebutnya. Seperti kita saat ini memberikan uang seribu rupiah kepada pengemis. Pengemis yang dalam perjalanan tidak pernah kita perhatikan. Tanpa nama, penghargaan maupun ketenaran. Tetapi ada pula yang memperhatikan manusia seribu rupiah. Baca entri selengkapnya »

Written by Sutanto

Agustus 15, 2007 at 7:59 am

Ditulis dalam Renungan

Salahkah tidak mengejar kebahagiaan?

with 2 comments

Salah bila kita tidak fight untuk mencapai impian kita. Itu pandangan teman saat makan siang. Pembicaraan timbul karena dia melihat perubahan yang terjadi dalam diri saya. Hidup saya saat ini memang seperti air mengalir. Perlu diketahui impian saya dulu adalah menjadi kaya (materi). Dengan kaya maka saya bisa menikmati hidup. Entah itu untuk membeli rumah, naik mobil mewah, punya investasi dan lain sebagainya.

Apakah artinya impian? Impian adalah kondisi yang saat ini belum terjadi. Dalam bentuk apapun itu selalu berujung pada pencarian kebahagiaan. Jadi bahasanya mungkin berubah, Salahkah bila kita tidak mengejar kebahagiaan? Manusia sekaliber Gandhi pun dalam kesederhanaannya mencari kebahagiaan, hanya bentuk yang berbeda.

Yang menggelitik adalah komentar teman yang melihat saya kurang fight. Mungkin karena dia mencerminkan impiannya ke dalam diri saya. Mungkin tulisan Mas Pitoyo Kapan Harus Bersyukur dapat menjawab juga. Jadi pertanyaan salahkah tidak mengejar kebahagiaan sebenarnya tidak ada.

Written by Sutanto

Agustus 14, 2007 at 4:04 pm

Ditulis dalam Renungan